Kehidupan tidak punya wajah, apalagi berwajah dua
Bukan seperti kau bicara harga diri,
Bukan pula kau cari jati diri
Siang bermukena, malam terbuka dada
Pulang sana...
Jangan teruskan kau punya langkah kaki
Tubuh kau layu bunga, siapa sudi ?
Bersyukurlah atas helaan nafas, demi irama denyut nadi
Dahulu kau intan berharga, dielu dan dipuja-puja
Kini laksana sampah saja, dibuang tiada guna
kau beranjak tua, masa muda yang kau bangga
Perlahan menjauh pergi, meninggalkan diri
Pulanglah sana...
Mengemis maaf, bagi setumpuk khilaf
Selagi masih tersisa waktu untuk membuatnya berbeda
Sebelum kesempatan berwujud perasaan sesal tiada tara
Bukan seperti kau bicara harga diri,
Bukan pula kau cari jati diri
Siang bermukena, malam terbuka dada
Pulang sana...
Jangan teruskan kau punya langkah kaki
Tubuh kau layu bunga, siapa sudi ?
Bersyukurlah atas helaan nafas, demi irama denyut nadi
Dahulu kau intan berharga, dielu dan dipuja-puja
Kini laksana sampah saja, dibuang tiada guna
kau beranjak tua, masa muda yang kau bangga
Perlahan menjauh pergi, meninggalkan diri
Pulanglah sana...
Mengemis maaf, bagi setumpuk khilaf
Selagi masih tersisa waktu untuk membuatnya berbeda
Sebelum kesempatan berwujud perasaan sesal tiada tara